Rabu, 02 Juli 2008

simply july

JULY
wah, juni udah berlalu... gimana dengan goal bersih2 juga remanagement of life nya ya? lumayan kacau, hehe. lumayan lah kegiatan bersih-bersihnya. barang-barang yang membebani udah berhasil dikesampingkan, meski belum dibuang (alasannya gak sempat). perlu lebih disiplin lagi nih. trus sempat kelabakan karena muncul pengeluaran tak terduga yang nominalnya cukup besar. hikss... teganya.

overall, sebulan kemarin saya cukup bisa menikmati roller-coaster emosi. dapet beberapa pelajaran juga tentang hidup (puihhhh). salah satunya adalah ada saatnya kita sebagai manusia nggak usah terlalu yakin dengan semua perkiraan maupun kalkulasi kita, karena terlalu banyak variabel yang nggak kita kendalikan. halah, ini sih pelajaran lama kaleeee. yah, di bulan juni kmrin pelajarannya hadir dalam wujud yang lain, hehe. di saat tengah bulan cuma punya uang seduikit, buat nerusin 15 hari ke depan (including bensin loh). yang kalo diitung jelas nggak akan cukup, ternyata bantuan datang begitu saja. malah uangnya sempat nyisa. duh, alhamdulillah. (tapi juli ini harus diganti, hahahaha)

kalo diliat2 juni kemaren banyak banget ya postingnya? hmmm soalnya gabungan dari posting bulan mei yang belum sempat dipublish. ada yang gak seberapa penting juga, tapi apa sih yang penting dari blog ini? hahaha. dari bulan juni kemarin, masih ada tiga tempat makan lagi yang belum diceritain, bentar lagi deh.
tapi kayanya bulan juli ini acara makan2nya nggak sesering yang kemaren. soalnya fokus utama adalah mencicil hutang (whaaa malu....)
. wait, sejak kapan blog ini jadi blog makan2? argh, ini hanya faktor kebetulan, di mana pelarian saya paling banyak memang buat makan. ok, jadi bulan juli ini, mari kita isi dengan hal-hal selain makan. apa donk? tidur? yaaaa gak tau deh... tapi kayanya diisi omelan (baca: kritikan (baca lebih serius: omelan)). yang jelas semangat di bulan juli adalah ttg: simplicity.

hidup saya terlalu simple untuk dibuat rumit. apakah hidup lalu jadi membosankan karena tidak rumit? bisa jadi... tapi lalu apakah itu jadi alasan untuk memperumit keadaan di sekitar kita? hmm... sebaiknya dihentikan saja pertanyaan yang sepertinya akan rumit kalo diterus-teruskan dan diperlakukan seperti masalah yang rumit. paragraf ini sendiri merupakan contoh konkrit dari kerumitan yang tidak perlu. hal seperti inilah yang perlu dibuang. (sepertinya sudah bakat alam saya untuk memperumit sesuatu)

fokus. keep it simple. salah satu perilaku saya dulu adalah berusaha menyampaikan berbagai macam maksud dalam suatu kalimat dengan kata-kata yang dipilih dengan seksama. harapan saya, agar semua maksud dan tujuan itu tersampaikan secara utuh ke penerima kalimat tadi. sepertinya nggak ada yang salah kan?

tapi ternyata perilaku saya itu bermasalah. untuk menyusun "kalimat penuh maksud" itu, diperlukan waktu yang lebih lama dari menyusun "kalimat biasa". lalu, sering kali terjadi distorsi saat penyampaian kalimat itu. entah ada suara pesawat terbang, gajah menggonggong, atau sinyal GSM yang turun-naik. dan akhirnya maksud-maksud tadi hanya sampai sebagian atau malah jadi tidak sampai sama sekali.

ambil contoh suatu percakapan seperti ini (percayalah, ini hanya imajinasi saya):
makasih ya jalan-jalannya kemaren. kemaren tempatnya enak banget kan ya? eh, kamu nggak apa-apa kalo sering kutelponin lama-lama gini? kan kamu juga mesti kerja besok pagi, butuh istirahat. masa kugangguin terus. hmmm kamu biasanya suka telponan sama sapa aja sih? masa cuma aq? nggak ada orang lain yang diajakin ngobrol gitu? ohh, bagus deh... jadi aq nggak terlalu merasa bersalah, hahaha. kan bukan cuma aq yang nggangguin. tapi beneran kamu nggak apa-apa? aq bener2 ngerasa gak enak loh. kalo kamu keganggu atau capek, bilang aja. gini, kayanya buat sementara ini aq nggak bakal ngegangguin kamu lagi, hehehe. soalnya kerjaan kantor akhir-akhir ini banyak banget, kayanya aq bakal butuh waktu lebih buat istirahat. tapi kan kamu ada temen ngorol yang lain, dia kan orangnya asik juga. okay, met malem ya. met sitirahat. kapan-kapan kalo aq gangguin jangan marah yaaaa.

hmm, padahal inti dari omongan tadi adalah:
wajahmu nggak secakep suara kamu. aq jadi ilfil.

daripada membiarkan si lawan bicara memegang harapan palsu, lebih baik perbincangannya menjadi seperti ini:
hai, terima kasih ya kemaren udah dateng. tapi maaf ya, dari jalan-jalan kemarin kayanya kamu bukan tipeku. aku suka banget temenan ama kamu, dan pengin terus temenan ama kamu. tapi kamu bukan orang yang kucari buat jadi pacar aku. maaf ya.

atau kalo memang betul2 ilfil, just say the truth:
hai, makasih banyak ya kemaren udah dateng. maaf banget, fisik kamu bukan seperti yang aku cari buat jadi pacar. maaf, tapi kita nggak usah telpon2an lagi.

mungkin banyak orang kalau digituin bakal kaget, shock. tapi mereka tahu kebenarannya. tidak ada duga2an gak jelas, salah persepsi, atau harap-harap cemas yang nggak perlu. biarlah "dia" tahu bahwa "aku" lebih mementingkan wajahnya daripada sikap "dia" yang enak waktu diajak telponan. dan "dia" juga harus berbesar hati kalau sikap dan suaranya belum cukup mampu untuk "menutupi" wajahnya di hadapan "aku". semua orang punya pilihan.

let's be simple.

Tidak ada komentar: