Rabu, 23 Juli 2008

don't loose your inner child

di awal bulan saya nulis kalo blog ini mau diisi omelan instead of makan2. tapi sampe sekarang kayanya saya belum (serius) ngomel juga. ntar aja deh, belum ada mood buat ngomel nih. anyway, sekarang saya mau nulis lagi, berbagi renungan yang nggak penting. baru malam ini, sekitar 700 PM gitu, saya baru tahu kalau hari ini adalah hari anak nasional. duh, bisa dibayangkan bagaimana kecilnya tempurung tempat saya tinggal sekarang (note: ingat peribahasa jaman sd--> bagai katak dalam tempurung).



trus jadi berpikir banyaaaaak hal tentang anak-anak, tapi jelas nggak bisa diuraikan semua di sini. saya ambil saja pikiran yang paling nggak penting.
dulu, waktu tubuh,jiwa,dan pikiran saya masih anak-anak semuanya, saya ingin cepat-cepat 'dewasa'. yah, terlepas dari konsep 'dewasa' dalam pikiran saya dulu, yang jelas saya memang berkeinginan seperti itu. keinginan itu pun diwujudkan dalam beberapa hal konkrit yang terpikirkan oleh saya waktu itu: meniru perkataan 'orang-orang dewasa', membaca buku-buku yang dibaca 'orang-orang dewasa' (note: beneran dibaca loooh di-ba-ca), dan kadang-kadang meniru perilaku 'orang-orang dewasa'.



emangnya kenapa kok punya keinginan seperti itu? wah, ndak tau juga ya. sepertinya banyak anak-anak yang berpikiran seperti itu. mungkin kata-kata seperti: kamu masih kecil, belum boleh... , atau yang semacamnya membuat saya menganggap jadi anak kecil itu banyak banget larangannya. dan yang boleh ngasih larangan2 tu cuma orang dewasa doank. pernah sih saya nglarang orang, tapi yaa.... siapa gue gitu loochchchch. cuh.



tapi ternyata, sejak tubuh saya mulai berubah menjadi dewasa, saya mulai menyadari bahwa kedewasaan itu tidak seindah yang saya bayangkan. urusan jadi makin ribet. mulai muncul hal-hal baru yang perlu diurus dan diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan lawan jenis. haaahh puberty sucks. dan ketika pikiran-pikiran dewasa mulai masuk ke dalam otak, saya menyadari bahwa menjadi orang dewasa ternyata lebih banyak punya larangan dan batasan.



memang, jadi dewasa itu perlu. tapi sering kali kita juga kehilangan sisi kanak-kanak kita yang sebetulnya kita perlukan, dalam kehidupan orang dewasa.



1. children are confident and fearless. anak-anak tak pernah takut untuk melakukan sesuatu. yah, karena memang dia belum banyak tahu tentang apa yang akan dia lakukan. tapi lihatlah orang dewasa yang sudah mengalami dan tahu banyak hal. mereka akan memikirkan segala resiko tenatng apa yang akan dia lakukan, dan akibatnya, mereka jadi ragu untuk melakukan sesuatu. bukan menganjurkan untuk bertindak gegabah, tapi... kadang kekhawatiran dan ketakutan justru menghalangi orang dewasa untuk maju.

2. children are optimistic and strong believers. ketika anda mengatakan pada seorang anak, bahwa jika mereka menghemat satu lembar tissue dalam sehari, dia akan bisa mencegah proses global warming... dia akan benar-benar menghitung penggunaan tissuenya, menceritakan hal yang sama kepada teman2 dan anggota keluarganya, dan mengajak mereka untuk ikut berhemat tissue. jika anda mengatakan hal yang sama pada saya, reaksi saya adalah: yeah right... mending suruh aja tuh pabrik tissue ngurangin produksinya satu roll per jam.

3. children are enthusiastic. it's a privilege being a child, to see and experience things for the first time. ketika sudah menjadi orang dewasa, begitu banyak hal yang sudah dilihat dan dialami, sehingga kita kehilangan antusiasme alami yang muncul ketika melihat suatu hal untuk pertama kalinya. padahal antusiasme semacam itu penting, sebagai bentuk motivasi, semangat dalam hidup.

4. children are happy. hmmm...



setiap orang menempuh cara yang berbeda untuk menjadi dewasa. hasilnya pun berbeda-beda pula. beberapa yang kurang beruntung, membawa sifat atau bahkan juga perilaku kanak-kanak yang salah, sehingga merepotkan orang di sekitarnya. beberapa yang beruntung mampu menyalurkan kualitas seorang anak dalam kehidupannya, dan berhasil. kalau saya.... saya tersenyum melihat anak-anak yang tertawa bermain air di pinggir kolam, memalingkan muka ketika ibunya menarik si anak menjauhi kolam karena takut anaknya tercebur, lalu saya menulis blog.







hmmm kenapa aq memposting tulisan seperti ini ya? pikiranku mulai ndak beres.

Tidak ada komentar: