Selasa, 20 Mei 2008

puri maerokoco (1st escape chronicles #4)



hari kedua di semarang, saya putuskan untuk pergi ke tempat yang lebih ramai, biar bisa seneng2 di wahana apaan gitu. terbayang tempat hiburan air, kaya kolam renang atau... apa ya? pokoknya yang bisa mengobati keinginan saya mengunjungi karimunjawa yang nggak kesampaian.

di pagi harinya saya ke warnet di dekat wisma mira, mencoba mencari lagi referensi tempat apa yang bisa saya datangi. hmm ada sih beberapa tempat yang kayanya menarik, ke pantai gitu. tapi kayanya perjalanannya cukup jauh untuk ditempuh setelah jumatan. satunya pantai marina, yang dikabarkan tempat buat orang yang berduit lebih. dan satunya lagi lupa, cuma katanya pantai ini belum dikelola secara sungguh2. jadi cuma ada pantai doank, tanpa wahana apa2. tapi dari fotonya sih... pengunjngnya banyaaaaak. jadi males.

hmmm akhirnya mencari alternatif lain. and you know what? saya kembali ke situs yang merekomendasikan goa kreo. haduh2 hayah2 walah2. di situ katanya tempatnya punya sepeda air, dan ada berbagai kerajinan dari seluruh jawa tengah di sana. tempat itu bernama puri maerokoco.

berangkatlah saya, lagi2 dari simpang lima, soalnya habis jumatan. dari simpang lima saya menuju karang anyar, kemudian turun di dekat jembatan penyeberangan, di depan sebuah pasar tradisional. kata supirnya saya harus melanjutkan perjalanan dengan naik angkutan "PR PP". sekitar 5 menit nggak ada angkutan yang bertuliskan "PR PP", saya akhirnya bertanya ke ibu-ibu di sebelah. ternyata angkutan yang saya tunggu adalah sebuah bus, dan memang katanya nunggunya agak lama. beberapa lama kemudian (sekitar 10 menitan) tibalah bus itu, dan memang tulisannya "PR PP" gitu. ndak tau deh apa kepanjangannya.

sekitar 15 menit
kemudian bus yang saya naiki berhenti di sebuah... apa ya? tempat yang sepi... seperti batas luar suatu perumahan. yang memberi saya sedikit haraan adalah di sana terlihat supermarket Giant. artinya saya nggak terlalu jauh dari kota. yang jelas, apapun wujud sebenarnya dari puri maerokoco itu, tempat itu bukan tempat yang ramai. soalnya sepi banget.

setelah berjalan kira2 100 meter, barulah saya menemukan papan nama yang menunjukkan ke mana puri yang saya cari. anehnya, di samping lokasi puri itu, ada sebuah lapangan, eh.... apa ya? kaya taman... eh... apaan sih. yang jelas tempat itu dimaksudkan untuk didatangi oleh banyak orang. karena luas, dan banyak sekali loket2 masuk yang saat itu semuanya... tutup. kayanya tempat ini udah lama tutup.



saya memutuskan untuk masuk ke tempat yang misterius itu dulu. hmmm ada tempat bom-bom car, dengan mobil lawas dan cat yang pudar. lalu terlihat satu bianglala di kejauhan. sebuah tempat lapang di tengah dengan patung naga di jalan masuknya, dan beberapa gedung besar di pojok-pojok area itu. hmmm saya bener2 nggak ngerti tempat apa ini. saya lihat beberapa orang sih di sana, tapi saya ndak tergerak untuk bertanya lebih lanjut tentang sejarah tempat ini. suasananya terlalu sepi dan menyedihkan (haiah).

saya masuk ke puri maerokoco setelah membayar karcis masuk seharga IDR 3500. untuk hari libur, harga tiket lebih mahal IDR 1000. dari gerbangnya aja udah kelihatan kalo saya mengunjungi suatu tempat wisata yang salah. sepi... dan beberapa bagian jalannya terendam air. yang cukup mengejutkan, itu air laut. saya ndak tau, seberapa dekat tempat itu dengan laut. yang jelas, di salah satu sisi "area wisata" ini terlihat diisi oleh air. bukan kaya kerendam banjir gitu, tapi kayanya memang diisi oleh air. hmmm tapi pemandangan yang ada sih, membuat saya mengambil kesimpulan bahwa suatu saat... ketika tempat ini masih kondang dan ramai dikunjungi oleh banyak wisatawan lokal, tiba-tiba hujan datang. hujan itu menjadi semakin lebat tidak terkendali dan air laut juga sedang pasang. semua terjadi begitu cepat hingga bencana tak bisa dielakkan, tempat itu tersapu oleh air laut, menghancurkan liburan pengunjung waktu itu. orang-orang berlarian mencoba kabur dari tempat itu, beberapa kebingungan dan menangis mencari anggota keluarga mereka yang hilang disapu ombak. berita yang menghebohkan itu muncul di surat kabar lokal, dan sejak itu tempat ini menjadi sepi dan akhirnya kini berada dalam kondisi yang hidup segan mati tak mau. tapi itu hanya khayalan saya saja (percayalah).

setelah berkeliling, saya menyadari bahwa yang ditulis di situs internet sial itu memang tidak salah. tempat ini seperti taman mini jawa tengah indah. dengan bangunan2 khas daerah2 di jawa tengah. katanya sih di dalamnya juga dijual kerjainan atau produk khas dari daerah yang bersangkutan. saya tadinya berharap bisa membeli beberapa oleh2 di sini. tapi waktu itu banyak "rumah" yang tutup. lagian dengan situasi yang sepi seperti itu, saya bakal merasa terpaksa untuk beli barang-barang yang sedang saya lihat. akhirnya saya cuma motret2 bangunan-bangunan itu, tanpa masuk ke dalam.



wahh.... luas juga tempat ini, saya cukup capek berkeliling. ketika sampai di bagian belakang area ini, saya menemukan wahana sepeda air yang ditulis di situs sesat. guess what? yeah. it was closed. jadi ada semacam tempat makan di sana, dan di sampingnya berjejer sepeda-sepeda air. hmm pemandangan nostalgis. terakhir saya naik sepeda air adalah ketika kelas 4 SD, di malang. di tempat wisata yang sekarang juga udah lenyap, ditimbun tanah longsor. well, that's another story.

hmmm sebetulnya konsep tempat ini bagus juga. kita nggak perlu berkeliling ke penjuru jawa tengah untuk mengetahui kebudayaan jawa tengah. karena semua dikumpulkan di sini. seandainya tempat ini dikelola dengan baik dan tampilannya nggak semenyeramkan waktu itu, sepertinya saya akan mengajak anak-anak saya ke sini. (note: saya single dan belum punya anak, tadi cuma angan2 saya). tapi jelas lah, tempat ini bukan tempat tujuan wisata yang perlu dijadikan tujuan utama.

Tidak ada komentar: