Sabtu, 10 Mei 2008

goa kero ups, Goa Kreo (1st escape chronicles #2)



dari internet dan juga peta obyek wisata yang ada di simpang lima, saya menemukan beberapa nama target tujuan liburan saya di semarang. hari pertama saya memutuskan untuk pergi ke obyek wisata alam. pilihannya bisa ke Agrowisata Sodong, tapi sepertinya dari info di internet, tempat ini belum terlalu established (mantap) sebagai obyek wisata. masih dalam proses pengembangan gitu. lagipula saya nggak terlalu suka ma agrowisata kalo pergi sendirian. lalu bisa juga ke daerah pantai seperti Tanjung Mas (pelabuhan) tapi masa di sana ngeliatin kapal? lagian bisa2 nyampe sana saya nekat nyebrang ke karimun jawa. lalu saya lihat di situsnya pemkot semarang, bahwa ada satu tujuan lagi yaitu Goa Kreo.

artikel di situs itu memuat foto beberapa ekor kera. hmmm saya terbayang lokasi wendhit di kota Malang, yang juga banyak kera nya. kata "goa" mengingatkan saya pada goa di tanjung kodok, yang panas. tapi di artikelnya ditulis bahwa tempat ini di dataran tinggi yang mestinya sejuk. dan ditulis juga kalau pengunjung bisa menikmati aliran sungai yang dingin dan sejuk. hmmm bayangan saya akan obyek wisata ini jadi makin campur aduk. dan seperti biasa, ketika udah cukup penasaran, pasti saya datengin. hehehe.

dari wisma mira saya tanya resepsionisnya, untuk ke goa kreo naik angkot lewat mana aja dan butuh waktu berapa lama. kata dia maksimal dua jam, tapi kalau naik kendaraan sendiri, perjalanan bisa 30 menit saja. sengaja saya nggak nanyain seperti apa goa kreo itu, pengin melihatnya sendiri. padahal sih, setelah pergi ke sana, saya merasa seharusnya waktu itu saya nanya aja, hahaha.....

perjalanan dimulai dengan naik angkot ke arah simpang lima, dari sana saya naik bus ke arah bulak banteng, eh... kuli banteng, ehh... kebo banteng, tapi.... lupa ah, pokoknya ada bantengnya. silahkan dikonfirmasi ke kernet busnya, bilang aja mau ke manyaran. dari sana, saya turun di bundaran, yang ternyata tempat Museum Ronggolawe berada. katanya sih, museum ini adalah museum sejarah terbesar di Jawa Tengah. tapi waktu itu saya nggak masuk, karena udah lewat jam 1400 dan museum itu dah tutup. di sampingnya ada papan penunjuk bahwa goa kreo tinggal 5 km lagi.

saya naik angkot berwarna kuning setelah menanyakan supirnya, apakah ia menuju goa kreo. angkot itu berjalan... dan berjalan... mengisi bensin... lalu terus berjalan. makin masuk meninggalkan kota, rumah penduduk mulai jarang.... dan saya mulai ketakutan, begitu jauhkah goa kreo itu? begitu jauhkah 5 km itu? kemudian angkot kuning itu berhenti di sebuah gapura.

"turun di sini mas"

dengan enggan saya turun. angkot itu pergi. saya menunggu dan terdiam selama semenit. sepi. saya potret gapura itu. saya tunggu lagi, berharap ada angkot lain yang lewat ke arah yang berlawanan, ke arah kembali. tidak terjadi apa-apa. tidak ada kendaraan yang lewat. hah, kepalang basah, harus maksimal di lokasi ini.

ternyata dari gapura itu, masih cukup jauh untuk sampai ke lokasi sebenarnya. dan jalannya naiikk lalu turuunnn waaaaaaa capek loh kalo jalan kaki. apalagi sewaktu saya jalan, iringan sepeda motor lewat dengan penumpangnya yang tertawa dan senyum-senyum. hah.... kaki jadi terasa semakin berat. muncul mobil, dari arah goa kreo ke luar. ah... betapa teriknya matahari.... namun saya terus berjalan, mendaki, ah seharusnya saya lebih sering berolahraga.

sekitar 100 meter sebelum "lokasi", ada pos penjualan tiket. karena hari itu hari libur, maka terpampang harga tiket masuk IDR 2750. nanggung banget ya harga tiketnya? beberapa langkah kemudian, saya akhirnya benar-benar sampai di lokasinya. anehnya di sana ada pos penjualan tiket lagi, tapi ditutup. di tempat ini tertulis harga tiket untuk hari biasa: IDR 1750. melihat keadaan sekitar, saya mulai merasa bahwa saya mendatangi obyek wisata yang salah. tempat parkirnya kecil, dan sepi. juga ndak keliatan goa atau sungai, atau apapun itu yang saya bayangkan sebelumnya. lalu muncullah seekor kera.

hmm... sepertinya memang obyek wisata ini jualan kera. saya coba memotret ekor kera itu, eh bukan... memotret keranya, yang cuma seekor. di sekeliling saya melihat bahwa saya sepertinya memang di daerah dataran tinggi, di sekeliling terlihat pemandangan lembah. cukup bagus sih, tapi terhalang oleh pohon-pohon. gpp lah, nekat aja dipotret. tiba-tiba saya dikejukan oleh suara.



"mas mas!"
hah? siapa itu? dari mana suara itu berasal? tunjukkan wujudmu!
"mas mas! kamu nanti urusannya sama saya!"
ternyata ada seorang bapak di dalam pos penjualan tiket yang tutup itu. apa maksudnya ya? apa dia kira saya belum bayar tiket?
"hah? kenapa pak?"
"iya, nanti kamu urusannya sama saya aja!"
duh urusan apa sih? di sini pake ngurus apa lagi?
"bentar lagi, nanti kamu main-main sama saya"
hah? bapak ini ngomongin apa sih? masa udah gedhe masih suka mainan? mau main apa sih bapaknya? ngapain ngajakin saya main? atau bapaknya ngira saya suka main? tapi kenapa mainnya harus sama dia sih? tidaaakkk lepaskaaaannnn
(kembali ke dunia nyata)
"mmm maksudnya pak?"
"iya, saya nanti mau ngasih makan kera-kera. tunggu sebentar. nanti kamu mainnya sama saya aja."
ealah pak.... kenapa nggak bilang dari tadi... (sigh)

beberapa menit kemudian bapak itu membawa sebuah ember berisi singkong, menuju ke lapangan di bawah tempat duduk-duduk buat wisatawan. saya mengikuti bapak itu. tiba-tiba saja saya menyadari bahwa kera-kera yang di sana juga mengikuti bapak itu. begitu banyak kera. tidaaakk tolong! kelakuan mereka yang dengan cepat ke sana kemari juga suara mereka yang cukup mirip dengan anjing (seriously) membuat saya cukup nervous. akhirnya saya memutuskan untuk menjauh saja dari bapak itu dan kerumunan kera yang ingin makan. hmmm eman juga sih, akhirnya saya nggak bisa ngambil foto-foto yang bagus dari sekian banyak kera yang lagi makan.

selesai berfoto dengan kera yang rebutan maem, saya meneruskan perjalanan ke bawah. iya,
ternyata dari gerbang masuk, kita harus turun lagi untuk nyampai ke goa yang dimaksud. setelah turun, ada gerbang pemeriksaan tiket. melewati gerbang tadi, jalan nggak turun lagi dan di sepanjang jalan yang dinaungi pohon-pohon habitat kera, terdapat tempat-tempat duduk buat pengunjung. suasananya cukup hening, dan terdengar suara air sungai yang mengalir di bawah. sayangnya ketika saya melongok ke bawah, air sungainya coklat. padahal di sana ada tangga lagi (tangga yang keliatan dapat longsor kapan saja) yang menuju sungai itu. tapi kayanya nggak asyik deh celup-celup kaki di sungai itu.

akhirnya setelah berjalan kira-kira 150m, saya nyampai di ujung jalan. cukup banyak pengunjung di sana. mana goanya ya? cuma ada tebing batu di samping... dan ada... tunggu dulu. ada sebuah cekungan, ceruk, dengan tinggi kira-kira 2,5m dan masuk 1,5m dari dnding batu di sampingnya. ini toh "goa" yang dimaksud.... ck ck ck. penipuan. tapi saya kok nggak memotret bukti penipuan itu yah? waaa bodoh. tapi interaksi dengan kera-kera di sana mengingatkan saya pada sangeh. yaaaa jangan disamain sih, tapi suasananya mirip. untungnya kera di semarang baik-baik. nggak seperti di bali yang naik-naik tanpa ijin ke pundak saya, atau kera di malang yang menurunkan celana saya gara-gara mengira ada makanan di kantong saya.

yah, lumayan lah buat pengalaman. walaupun bukan pengalaman yang spektakuler dan nggak buat diulangi lagi. sampai di parkiran dan menghadapi jalan mendaki lagi... hah.... nggak deh. akhirnya dengan bermuka tebel saya minta ijin salah satu pengunjung yang naik mobil, buat numpang sampai ke gapura depan. hah, enaknya naik mobil. tapi ternyata si bapak yang bawa mobil berbaik hati sama saya. kayanya dia tau kalo di depan gapura nggak ada angkot ke arah simpang lima. dan akhirnya setelah 10 menit perjalanan, si bapak menurunkan saya di tempat angkot menuju simpang lima. tapi tetep aja sih harus oper dulu.



goa kreo... hmmm cocok buat olahraga pagi. atau keluarga baru yang lagi pengin main-main ma kera. atau.... buat yang lagi menikmati cinta monyet. tapi sebaiknya anda ke sini dengan kendaraan sendiri, karena akses ke kedaraan umum cukup sulit dan melelahkan.

Tidak ada komentar: